Jumat, 28 Oktober 2011

Penulisan naskah

Bagaimana cara penulisan naskah drama??? Bermula dari rasa ingin . Jadi, memang harus ada keinginan untuk menulis. Jika kamu-kamu semua ingin menulis, SEGERALAH MENULIS!!!!...Tuangkan apa-apa aja yang ada di pikiran kalian. Apapun yang dirasakan kalian dengan MERDEKA(sebebas-bebasnya). Tentu, sebelumnya harus dipelajari konsep titik, koma, tanda seru, tanda Tanya, titik dua dan sebagainya. Itu pun jangan terlalu di anggap sebagai aturan yang kaku. Dorongan menulis tentu lantaran adanya objek atau sesuatu yang bisa digunakan sebagai latihan, misalnya potlot atau pulpen diatas meja, vas bunga, wajah, lantai, bola lampu, atau apa saja.
Menulis naskah drama memang lebih kompleks karena bagaimanapun juga ada aturannya. Naskah drama selalu berhubungan era dengan kisah manusia yang tak bisa lepas dari hubungan sebab akibat . Karena lapar aku makan, Karena ngantuk aku tidur. Hal tersebut sekedar menyebut contoh paling sederhana.
Mulailah dengan meimikirkan sebab akibat. Langkah berikut adalah untuk menentukan tema yang jadi ikatan dari sebab akibat. Semua berangkat, berada, dan menuju pada penyelesaian tematik itu, missal cinta, keraguan, atau remaja. Kemudian, tema tersebut di jabarkan dalam sebuah premis. Misalnya, “Cinta Mengalahkan Maut”. “Keraguan menimbulkan musibah”, “Remaja tanpa masa depan”.
Jika tema dan premis, sudah ditemukan maka tulislah synopsis atau ringkas lakonyang berfungsi sebagai pemandu. Tulissan bergerak melengkapi kisah atau lakon. Untuk itu, tentu harus ada tempat kejadian, waktu, dan pelakon/manusia/tokoh. INGAT, Tulisan selalu mempunyai bagan atau kerangka. Kerangka atau bagan biasanya terdiri dari:
1. Pembuka/ Pengantar/ prolog (sebab)
2. Isi (Pemaparan-konflik-klimaks-antiklimaks)
3. Penutup/penyelasaian/epilog (revolusi/keputusan/akibat)



Urutannya tidak selalu seperti kerangka diatas, tapi bisa dibalik-balik sesuai kebutuhan gaya penulisnya.
Gaya bahasa dalam penulisan sangat bervariasi. Bisa bahasa sehari-hari, bisa juga dialek betawi/jawa/sunda/melayu. Bisa berbentuk prosa liris atau puisi. Dialog yang terdiri dari puisi akan berakibat terhadap gaya pengucapannya di atas panggung.
Naskah drama akan dirasa lengkap jika sudah di panggungkan. Karena itu, saat menulis haru selalu ingat terhadap kemungkinan pementasannya. Masalahnya ada naskah yang enak di baca sebagai sastra lakon tapi sangat sulit di pentaskan keatas panggung. Jadi naskah drama itu baru sebatas “sastra lakon”.
Intinya jika ingin bisa menulis, seringlah menulis!!!

di rujuk dari Buku karya N.Riantiarno.